Kamis, 10 November 2016

Menulis= Mengabadikan Makna



Sungguh, betapa waktu dalam hidup setiap insan ini sangat singkat. Imam Hasan Al Banna mengatakan bahwa banyaknya tak mampu mengalahkan kewajiban yang kita punya. Namun, waktu adalah pemberian berharga di tiap detiknya. Tuhan berikan, kemudian Ia ambil kembali secara perlahan seiring dengan berkurangnya usia kata.

Dalam perjalanan sang waktu, tiap insan mengendarainya dengan posisi, kondisi, dan cara yang berbeda – beda. Ya, tiap kita memiliki berbagai cerita hidup yang tak sama. Dengarkan saja cerita setiap mereka. Adakah yang kau temui memiliki cerita hidup yang sama? Bahkan, sekedar serupa pun mungkin akan jarang kita temui.

Ayat cintaNya terngiang, “Iqra’!”. Bacalah! Bacalah semua pelajaran yang terpampang di hadapan. Bacalah yang nyata tersurat, maupun yang tersirat. Pelajarilah! “Berjalanlah di muka bumi dan jadikan pelajaran bagaimana kesudahan orang yang terdahulu”. Bahkan, kita diajak mempelajari cerita hidup dari insan lainnya. Ya, karena sebaik – baik pelajaran adalah pengalaman. Baik pengalaman diri sendiri, maupun diri lainnya.

Waktu, cerita hidup, dan pelajaran. Lalu, ada hubungan apa di antara mereka? Di antara melimpahnya cerita hidup yang bisa dijadikan pelajaran dari berjuta insan, sang waktu hanya memiliki jumlah yang sedikit. Dengan menulis, kita dapat meneriakkan kebenaran tanpa suara, mengabadikan makna yang seringkali terlupa, dan merayapkan hangat lebih dari jangkauan suara bisa mencapainya. (pymaisha)