Tampilkan postingan dengan label travelling. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label travelling. Tampilkan semua postingan

Selasa, 22 November 2016

Aku Kembali

23.56.00
Desa Karangmulya, Kecamatan Bojong, Tegal (rerata 939 mdpl)
prisca's picture
 Aku sempat singgah di antara bunga yang bermekaran..
Di antara gunung biru yang gagah menjulang,
Di hamparan permadani hijau yang luas membentang,
Di naungan langit cerah yang begitu menentramkan,
Diselimuti sejuk udara yang terhirup menyegarkan,
Dikelilingi insan yang menggurat senyum nan menghangatkan..

Lalu, saatnya kukembali ke dunia tinggalku..
kota, yang sedikit panas dan menggerahkan

Lalu?
Ya,, harusnya tak perlu kukeluhkan
atau kuhela nafas panjang berulang
Toh, di sinilah tempatku tinggal..

Justru syukurlah yang harus selalu tertanam..
Syukur, karena Dia sempat membuatku mencicipi sepercik syurgawi..
Dan kini, saatnya kukembali..
Berlari..
Berlelah mengejar mimpi..
Berlillah, berjalan di atas garis Ilahi..

@priscayoo
jkt, 280815 23.45

Sabtu, 12 November 2016

Kota Hujan Kaya Agrowisata

15.11.00
@Curug Ngumpet, Area Gunung Bunder, Bogor
priscayoo's picture
Teman – teman, tentu tahu kan ditujukan ke mana julukan Kota Hujan itu? Ya, Bogor. Kota dengan curah hujan tinggi ini seringkali menjadi destinasi masyarakat kota untuk menjernihkan mata, hati, dan pikiran. Mengapa? Selain sebagian besar iklimnya yang menyejukkan, Bogor juga menyajikan aneka suguhan agrowisatanya yang luar biasa. Seperti kita ketahui, agrowisata adalah wisata yang melibatkan penggunaan lahan pertanian, seperti wisata petik buah, memberi pakan ternak, atau restoran di atas laut. Berikut merupakan tiga destinasi agrowisata spesial yang pas untuk kita. Yuk, kita simak!


Singkong raksasa @Taman Buah Mekarsari
priscayoo's picture

Ingin menikmati desir angin sejuk di atas kuda dengan layout perkebunan teh yang hijau membentang? Agrowisata Gunung Mas Puncak cocok dijadikan pilihan. Ada tiga paket mengunggang kuda yang bisa dinikmati. Ini tergantung dari lama berkuda, jarak, kedetailan lokasi, juga kesempatan memasuki area hutan dan beristirahat di sekitar air terjun di sana. Selain dengan berkuda, hamparan hijau perkebunan tersebut bisa dinikmati dengan berjalan (tea walk). Kita bisa juga menikmati hidangan hangat di tea cafe dan tea resto, lho.

Taman Wisata Matahari atau dikenal dengan Taman Buah Mekarsari yang terletak di Cileungsi Bogor ini sangat kaya dengan komoditi berharga. Pada awalnya, taman ini dibangun sebagai salah satu pusat pelestarian keanekaragaman hayati buah-buahan tropika, khususnya tanaman buah khas/asli indonesia. Seiring perkembangan waktu, taman ini dijadikan sebagai pusat konservasi, tempat penelitian, budidaya tanaman buah (agronomi), pemuliaan (breeding), juga produksi bibit unggul sampai akhirnya dijadikan pusat wisata edukasi dan rekreasi masyarakat hingga sekarang.

Bicara Bogor pastilah tak bisa melewatkan Taman Safari Cisarua. Tak bisa dipungkiri, objek wisata yang satu ini merupakan yang paling ramai dikunjungi baik oleh warga Bogor sendiri maupun yang dari luar Bogor. Khususnya saat akhir pekan, Taman Safari Cisarua pasti dipenuhi wisatawan yang ingin melihat dan berinteraksi dengan berbagai jenis hewan. Uniknya, Taman Safari Cisarua juga mempunyai program safari malam sehingga pengunjung bisa merasakan sensasi melihat kegiatan hewan di malam hari. Pastinya pengalaman seru ini gak bakal kamu lupakan seumur hidup lho! (Prisca Yp)


#anakFLPbikinOpini

Senin, 29 Agustus 2016

Inovasi Cinta Pangan Lokal di Desa Giyanti, Magelang untuk Mencapai Kemandirian & Ketahanan Pangan

21.58.00


 Gambar saat survey penggalian potensi pangan lokal
(dok. pribadi)

Teman-teman, tahukah kamu?

Program penganekaragaman pangan sebenarnya telah dirintis oleh pemerintah sejak era 60-an. Namun, sampai saat ini belum berhasil sesuai yang diharapkan. Salah satu hambatannya adalah semakin rendahnya kesadaran dan kesukaan masyarakat untuk mengonsumsi pangan lokal yang beragam.

Ketergantungan masyarakat terhadap beras dan terigu yang semakin meningkat, ditambah semakin meningkatnya jumlah penduduk dari waktu ke waktu. Itulah yang membuat pemerintah terus melakukan kebijakan impor untuk mencukupi kebutuhan pangan rakyatnya.

Bayangkan saja bila impor tersebut terus berlanjut, tentunya hal itu dapat mengancam ketahanan dan kemandirian pangan nasional. Padahal, Bapak Ir. Soekarno pernah memperingatkan, ”Ketersediaan pangan oleh bangsa sendiri adalah soal hidup atau matinya suatu bangsa. Jika pangan suatu bangsa benar-benar tergantung dari bangsa lain, maka tunggulah kehancuran bangsa itu.” Mengerikan sekali, bukan?

Melihat kenyataan itu, kami sekelompok mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang cinta akan pertanian dan pangan lokal tergerak untuk melakukan gerakan cinta pangan lokal yang dinamakan “Blusukan Pangan.” Tim kami merupakan tim yang cukup solid dan unik. Mengapa unik? Karena kami terdiri dari disiplin ilmu yang berbeda-beda dengan pengetahuan dan keterampilan yang berbeda-beda pula. Ada Indah Widia Ningsih (Gizi Masyarakat), Abdul Aziz (Teknologi Pangan), Crisna Murti (Ilmu Keluarga dan Konsumen), Dika Rahmat Saepulloh (Fisika), serta Prisca Yoko Putri (Agronomi dan Hortikultura).

Foto kelompok mahasiswa pengabdian masyarakat
(dok. pribadi)

Di awal program, kami melakukan penggalian potensi pangan lokal melalui survei lapang dan in-depth interview kepada sesepuh desa. Ternyata, Desa Giyanti memiliki potensi sumberdaya pangan lokal yang cukup beragam dan belum banyak termanfaatkan. Terdapat kimpul, midro (ganyong), merot (garut), suweg, dan lain-lain. Selain itu, masyarakatnya masih memiliki ingatan yang baik terhadap rasa pangan lokal yang beragam sehingga lebih mudah bagi kami untuk mengembalikan preferensinya.
Berbagai potensi tanaman pangan lokal
(dok. pribadi)



Nah, hasil penggalian potensi pangan lokal tersebut kami kumpulkan. Selanjutnya, kami melakukan pencarian informasi terkait Pedoman Gizi Seimbang, khasiat berbagai bahan pangan lokal yang kami temui, juga contoh menu makanan berbasis bahan lokal.

 Setelah melalui proses diskusi yang cukup rumit, kami berhasil mengkreasikan aneka resep pangan lokal yang unik dan mengemasnya dalam modul cantik bernama “Kembang Krisan” (kreasi masakan ibu-ibu peduli pangan lokal nusantara). Modul ini kami gunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan program. Target kami adalah ibu-ibu yang tergabung dalam Program Kesejahteraan Keluarga (PKK) karena keaktifannya, interaksi sosialnya yang tinggi, dan terbiasanya mengolah pangan sendiri (tidak membeli instan) dalam rumah tangga.

Salah satu menu alternatif sarapan pagi dengan pizza sitosa (pizza singkong topping sayuran)
(dok. pribadi)

Program diawali dengan pembukaan secara resmi oleh Kepala Desa Giyanti, Bapak Khusen, pada 10 April 2016. Selanjutnya, dilakukan pendampingan memasak pangan berbasis bahan lokal sebanyak tujuh pertemuan. Setelah itu, diadakan pembagian dan simulasi penanaman bibit pangan lokal di pekarangan. Pembagian bibit pangan lokal ini kami harapkan dapat memotivasi masyarakat untuk terus mempertahankan ketersediaan dan melestarikan tanaman pangan lokal. Berdasarkan hasil evaluasi pasca-program, peserta mengalami peningkatan baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun praktik dalam mengonsumsi pangan lokal yang beragam.

 Penutupan program diselenggarakan pada 12 Juni 2016 lalu. Dilaksanakan lomba memasak pangan lokal yang hasil kreasi masakannya dicicipi oleh Kepala Desa Giyanti, perwakilan Balai Penyuluhan Pertanian & Kehutanan (BPPK) Kecamatan Candimulyo, dan tokoh masyarakat lainnya.

 “Kami sangat mengapresiasi kehadiran adik-adik mahasiswa IPB yang memberikan ilmu dan melakukan kegiatan yang bermanfaat. Kegiatan seperti ini perlu dilestarikan agar masyarakat kembali mencintai dan mengonsumsi pangan lokal yang telah lama ditinggalkan,” ujar Bapak Hafidz selaku perwakilan BPPK.

Inilah persembahan terbaik kami dalam melakukan inovasi daerah. Semoga apa yang kami lakukan dapat menuai keberkahan, bermanfaat, dapat diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia, serta dapat mendukung ketahanan dan kemandirian pangan di negeri tercinta.

Kami telah mengerti bahwa sejatinya, membina masyarakat juga berarti membina diri menjadi sebaik-baik versi. Kami menyadari bahwa persoalan negeri sungguh banyak sekali. Lakukan perubahan dan jadilah berarti! Mari mulai dari saat ini atau tidak sama sekali!

Foto bersama ibu - ibu PKK Desa Giyanti
(dok. pribadi)


Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku - https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku

Rabu, 28 Agustus 2013

Jalan-Jalan Sambil Menyaksikan Aneka Potensi Pertanian Daerah Kebumen

22.22.00

Waduk Wadaslintang, Kebumen (tampak atas)
prisca's picture

 Pulang dari kampung di Kebumen, saya jadi kagum dan terinspirasi dengan potensi pertaniannya yang Subhanallah, Allahu akbar, wa masyaa Allah :)

Daerah atau wilayah Kabupaten Kebumen berada tepat di pesisir selatan samudera Indonesia, Jawa Tengah. Karena banyaknya kecamatan yang terletak di daerah pesisir, produk pertanian nonpadi yang berkembang pesat di daerah Kebumen tentunya berasal dari tanaman yang menyukai tekstur tanah yang tidak terlalu lembab, sinar matahari yang melimpah, tetapi air tanahnya juga tidak asin dan selalu keluar sepanjang musim, seperti semangka, pepaya, serta pohon kelapa.

Pesisir Pantai menjelang malam
prisca's picture

Kepala Dinas Pertanian Kebumen Ir Djoenedi F MSi di sela-sela pameran hasil pertanian yang digelar Forum Agrobisnis Kebumen menyatakan, setiap hari daerah pantai selatan mampu menjual semangka lima truk. Bila satu truk setara dengan lima ton semangka, berarti sehari ada produksi tetap 25 ton semangka.

Potensi tanaman pepaya di Kebumen dapat dilihat dari pernyataan Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura pada Dinas Pertanian dan Peternakan (Disnakan) Kebumen, yang menyatakan bahwa tanah di pesisir selatan Kebumen sangat cocok untuk budidaya pepaya. Varietas pepaya yang dibudidayakan ialah Callina atau IPB-9. Produksinya tercatat 1.145 ton atau rata-rata 127 ton per bulan, bahkan pada puncak panen raya, produksi pepaya bisa mencapai 317 ton per minggu.  Calina Kebumen sudah dipasarkan ke beberapa kota besar di Pulau Jawa dan Sumatera. Selain itu, Calina Kebumen juga banyak diekspor ke sejumlah negara seperti Singapura, Hongkong dan Uni Emirat Arab, bahkan Eropa dan Amerika.

Dilihat dari komoditas kelapa, Kebumen memiliki sentra tanaman kelapa di sepanjang pantai selatan. Wajar bila kebumen merupakan penghasil gula kelapa terbesar di jawa. Gula kelapa atau yang sering disebut gula jawa merupakan bahan baku berbagai macam makanan maupun bahan baku pelengkap seperti kecap, dodol, dan lain-lain. Selain itu, peluang ekspor hasil kerajinan Kebumen makin terbuka. Permintaan ekspor serabut kelapa ke China mencapai 20 kontainer per bulan. Ekspor serabut kelapa dari Kebumen ke China mencapai 18 ton dan meningkat menjadi 38 ton di bulan berikutnya.

Lahan pesisir Kebumen amatlah potensial dijadikan lahan pertanian. Luas lahan dari ujung timur Kecamatan Mirit hingga ujung barat Kecamatan Puring saja sudah seluas 9.000 hektar. Dari luasan tersebut, 50 persen di antaranya atau sekitar 4.500 hektar potensial untuk pertanian hortikultura. Potensi pertanian Kebumen yang melimpah tersebut tentunya memerlukan pemasaran yang lebih meluas dengan memperbanyak jaringan dan sarana transportasi. Pemaketan yang lebih canggih juga diperlukan agar produk yang termasuk hortikultura tidak cepat membusuk dan dapat memiliki brand mark.

Selain itu, kita juga dapat mengembangkannya dengan melakukan penelitian/rekayasa genetika berkelanjutan agar semua produk pertanian menjadi unggul dan mampu menyaingi produk pertanian mancanegara, seperti yang dilakukan dosen IPB pada varietas Callina yang banyak memiliki keunggulan (rasanya manis, daginya tebal & tidak lembek, aromanya harum & segar, tidak mengenal musim sehingga dapat terus dipanen, tidak mudah busuk sehingga tidak perlu pengawet seperti buah impor). Satu lagi yang tidak kalah pentingnya adalah dukungan dari semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah. Dukungan tersebut dapat berupa dukungan materi (misalnya memperbanyak mesin pres agar dapat memenuhi permintaan sabut kelapa) maupun nonmateri. Semua itu tentunya demi memajukan pertanian kita dan akhirnya menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia.

*dari berbagai sumber