Mumpung masih jamannya ngomongin kampanye... Detik - detik unik. Mengapa detik? Karena hidup terdiri dari rangkaian detik. Dan detik itu makin terasa cepat saja ketika kita akan melewatinya. Betul ?!
Aku bukan anak kader suatu partai yang membuatku bisa merasakan nano - nano kampanye. Hanya simpatisan saja.. tanpa alasan. Dan alasan aku berani mengusung no.4 karena menurutku Pak Hidayat & pak Didik sangat memahami agama yang membuatnya tak akan neko - neko dan mengerti soal pertanggungjawaban kepemimpinan mereka di akhirat kelak yang membuat mereka harus berpusing - pusing memikirkan nasib rakyat. Selain itu, mereka juga tokoh nasional yang profesional. kurang apa coba ??...
Nih, kampanye yang mereka terapkan berupa kampanye akbar, direct selling, konvoi, dan layanan kesehatan (bagian yang paling aku suka).
Saat pertama kalinya aku "terjebak" menjadi simpatisan, aku langsung disuruh jadi asisten dokter _gadungan_ menggantikan ibu - ibu yang katanya ada urusan sebentar dan ternyata ngga balik - balik -_-... Untungnya, pekerjaan ini tidak sulit. Hanya mengecek tensi darah, menyuruh pasien menimbang berat badan, dan mencatatnya. Sukses. Sebagai awalan termasuk sukses. Walau sering kali bersotil - sotil ria dalam menasihati. "Wah bu, darahnya tinggi, rajin makan timun bu". Tapi tenang, ada dokter handal kok yang memperbaiki kesalahan-kesalahanku XD...
Hari demi hari, wilayah demi wilayah, aku makin belajar banyak. Kadang jadi pemanggil pasien sekaligus promotor menggunakan mic, kadang jadi mbak - mbak yang ngurus registrasi, dan pernah juga jadi apoteker yang harus mengenali berlimpah - limpah obat sintetik beserta kegunaannya ... wuihwuih pelajaran yang mengasyikkan ! karena langsung praktik ke lapangan... kalo belajar di kelas aku gampang ngantuk -,-...
Dan momen yang paling tak terlupakan adalah saat aku jadi orang kejam bertangan dingin yaitu pengecek darah. Duh duh duh, serem banget ngga sih? aku kan paling ngilu sama urusan suntik menyuntik dan atut ama darah... Ini juga dadakan lho gara - gara menggantikan mbak - mbaknya yang mau shalat. Tadinya kan aku hanya bertugas untuk pencatatan dan penggantian jarum yang baru...
Okelah, sejenak tak memikirkan perasaan. Tinggal tekan, cetek, darah keluar, dan aku bisa menganalisa kadar gula dan asam urat dalam darahnya.
Satu orang sukses. Kemudian datang orang berikutnya : bapak-bapak muda yang gaul dan banyak omong.
"coba sini tangannya pak!" aku mengawalinya seperti biasa.
Cusss. Jarum sudah menusuk tapi darah belum keluar. Aku panik.
"Wah, mbak grogi ya? cepet nikah sonoo", kata bapak si pasien itu. #Laahh ?
Aku perbesar ukuran jarum sampe maksimal sesuai pesan dari orang - orang di sekitarku. Cusss. Darah baru mengalir dengan lumayan banyak. Aku menampung darahnya di kertas indikator yang terhubung dengan suatu alat elektronik. -HI-... tidak terdeteksi. Aku panik.
"Maaf pak, alatnya rusak kayaknya. Saya tanya dulu ya".
"Aaahh payah nii dokter gadungan !!".
Identitasku mulai terbongkar. Panik sampe mentok! Mondar - mandir ngga jelas sampe mbak - mbaknya yang asli petugas datang.
"Mbak, gimana ni? ngga kedeteksi!"
"mana liat.. Astaghfirullah, asam urat bapak tinggi sekalii... saking tingginya, sampe ngga kedeteksi. Bapak silahkan ketemu dokternya di dalem. Asam urat udah lewat, tapi kalo orangnya lewat juga? kan gawat"..
Eh, si bapak tadi malah pucat pasi dan ngga mau periksa ke dokter.. waah bahaya juga.
Dan tak jarang ada bocah - bocah "imut" yang menggangguku.
"Kakak imut deh, namanya siapa?" bocah krudung kecil tiba-tiba nemplok di punggungku.
"Ahahaha.." sambil menurunkan. "Prisca, kamu siapa namanya?" #sok ramah.
"Caca"
Kemudian segerombol pasukan anak kecil menghampiriku yang sedang sibuk melayani ibu - ibu yang mau daftar sambil berebutan. Beh, sumpek maksimal.
Berjalannya waktu, bocah - bocah itu makin "memanas" dan membuntutiku ke manapun aku berjalan. "kak, gendong dong, jajanin kak, itu ibunya mau duluan kakaak lalalalala".
Untuk mengatasi hal itu, dibutuhkan teknik yang jitu. Akhirnya kukerahkan pasukan anak kecil itu ke sebuah pekerjaan yang cukup banyak. Melipat brosur. Alhamdulillah, anteng. Eeee yang namanya anak kecil energinya tak terbatas yak,, tau - tau udah selese aja tu kerjaan. Mulai deh ramee lagi. Fyuhh, kebetulan aku juga lagi senggang, ibuibu bapakbapak belum banyak yg dateng.. ya sudah, aku memutuskan tuk jadi fotografer, dan pasukan bocah aku jadiin model. Ini diaa...
Ada juga detik unik saat kampanye akbar. Aku bangun kesiangan. Jadi naik transjkt sendiri, ga naik bus bareng pasukan daerahku. Plongak plongook aja sendirian. Pas nyampe Gor sumantri beneran plongok mksimum. udah dah, akhirnya aku pedekate ke kabilah lain.
"adek dari rombongan mana?"
"hehe, ragunan bu, tapi udah ketinggalan rombongan..."
"yaudah, ikut kita aja. Nanti ada konsumsi juga, terima aja"
"hehe, makasi ya bu" sambil mesem dan bingung.
Akhirnya kami melangkah bersama. Ternyata langkahku kecepetan. Aku kehilangan rombongan Mampang itu :'( ... Aku tak bisa membedakan orang yang satu dan lainnya karena sama - sama bermandikan orange di tubuhnya... ya sudahlah, jadi fotografer alone forever...
kalo yang ini si di ragunan zoo, rasanya pengen foto galau di sini wkwkwk
Ibu-ibu lagi berebut foto bareng Pak Dayat. Haduuh ckckck. Inget suami, buk!
Keep orange ! although you're alone . . .