Mengapa? Mengapa begini?
Kau bagai burung yang tak sabar untuk terbang bebas setelah lama terkurung di sangkar.
Sangkar? Apakah semua ini terlihat seperti sangkar bagimu?
Aku belum mengerti, saudaraku...
Tidakkah berbagai hal yang pernah kita lewati cukup untuk menjelaskan segalanya?
Bukankah hati kita telah terukir banyak rasa yang melekatkan kita?
Aku tidak menyangka, saudaraku...
untuk apa pencarian lelah kita selama ini?
untuk apa perjalanan panjang kita selama ini?
tidakkah membekas di hatimu?
Proses? Belajar?
Tumbuh? Berkembang?
lagi dan lagi kita mengatakan hal itu
Benarkah hal itu yang benar - benar kita lakukan?
Maaf saudaraku...
Aku mulai meragukannya
Mungkin salahku...
yang terlalu kotor untuk mengajakmu bersih
Mungkin salahku...
yang compang - camping tetapi mengajakmu rapi
Lagi - lagi salahku...
yang terlalu rapuh namun mengajakmu tangguh
Semoga engkau mengerti, saudaraku...
yang ingin kurangkul selalu...
Oleh : Pecinta Krisalis :’)
Aku jadi teringat beberapa tausiyah :
“Bukan dakwah kalau tak mengajarimu rasa sakit dan bukan pula dakwah kalau tak mengajarimu kembali bangkit. Sebab dari rasa sakit, kita belajar sabar. Sebab dari terjatuh, kita belajar tangguh.”
“Di tiap fase perjalanan dakwah biasanya ada pejuang – pejuang dakwah yang kelelahan. Jika mereka lelah karena mengusung kebenaran, niscaya Allah akan menguatkan mereka kembali. Namun jika mereka lelah karena tergoda dunia, maka akan ada banyak pejuang lain yang bersedia menggantikannya. Inginkah kita menjadi yang tergantikan? Dakwahkah yang membutuhkan kita? Atau kitakah yang membutuhkan dakwah?”
Hati - hati melangkah, semoga berkah...