Rabu, 24 April 2013

Cinta maka Da’wah dan Da’wah maka Cinta




Cinta. Hal yang terkadang terlalu berat dilakukan. Tetapi dengannya semua hal yang kita lakukan jadi terasa mudah dan indah.

Selasa, 23 April 2013 malam agaknya merupakan waktu yang perlu diabadikan. Seusai Ngadung PERKASA (Pelajari Rahasia Keajaiban Shalat) yang diisi oleh salah satu trainer ATOM Kak Ihwan Purnomo, anggota Demush A2 (Dewan Mushala A2) seperti biasa berkumpul membentuk lingkaran untuk cuap – cuap a.k.a evaluasi.

Dibuka oleh MC : Haryati dan dipimpin oleh mas’ullah kita, Suci.
“Alhamdulillah kita udah berhasil ngundang trainer bahkan bagi2 selebaran, padahal tadi ya ada hambatan kecil gitu. Pintu kamar Suci dikunciin temen, padahal slide2 ada di situ. Terus untuk selanjutnya, kita harus lebih mantep lagi mempersiapkan Ngadung (Ngaji gedung a.k.a tabligh) bulan depan, Ngadung terakhir kita. Temen2 ada yang punya usul mau gimana?” kira – kira begitulah cuplikan pembukaan dari sang mas’ullah.
Beberapa dari kami mengajukan dua kubu pendapat yang berbeda. Apakah akan menggunakan konsep Miss Muslimah atau Ranking 1.

“Ranking 1 aja, itu kan lebih rame gitu. Kalo Miss Muslimah kan cuma ngajuin satu orang per lorong dan aku ngeliatnya kayak bukan karakter A2 banget gitu”.

“Miss Muslimah aja. Kita di sini kan mau ngubah paradigma orang2 yang biasanya ngeliat kecantikan cuma dari fisik dan duniawi. Miss Muslimah kan ngeliat kecantikan lebih ke keagamaannya”.

“Iya, lagian unik gitu. Nanti misalnya miss perwakilan lorong harus didandanin pake baju ala Jepang tapi tetep syar’I gitu, kan seru. Terus di A3 sama A4 juga udah ngelaksanain itu, masa kita engga”.

“Kalo menurut ana, ini kan Ngadung terakhir. Kenapa kita ngga bikin yang kebersamaan lorongnya tuh bener2 kerasa gitu. Ana si lebih ke ranking 1. Jadi yang ikut lomba tu banyak dan supporternya juga harus rame dengan jargon2 gitu. Trus nanti ada lomba foto terunik per lorong. Dan di situ bener2 bagi2 hadiah yang wah gitu”.

Dan akhirnya semua sepakat untuk melaksanakan konsep Ranking 1 dan Suci ancang2 mau menutup syuro sementara itu. Tetapi…

“Tunggu, bentar2”, salah seorang di antara kami seperti mau menyanggah lagi. Tapi ternyata…
“Temen2, saya mau minta maaf banget. Saya udah lamaa banget ngga ikut acara Demush lagi. Bukannya kenapa – napa, saya tu ngga pengen ngerjain sesuatu cuma karena ngerasa itu tu tugas saya yang emang harus dikerjain. Saya pengen ngerjain sesuatu karena saya tu cinta dan saya tidak menemukannya di sini. Saya tidak menemukan cinta di sini”.

Kami tertunduk. Terkadang, kami juga merasa begitu. Dan ada kata – katanya yang perlu digarisbawahi : kita harus melakukan sesuatu dengan cinta dan karena cinta.

Mas’ullah kemudian meminta maaf karena merasa selama ini tidak merangkul anggota2nya, yang awalnya lingkaran kita memenuhi mushala makin lama makin sedikit… dan meminta maaf karena kesalahan2 lainnya, tetapi itu semua juga tanggung jawab bersama.

Tausiyah berantai pun dimulai.

Seharusnya, kita tidak hanya mau menerima saja. Kitalah yang harus lebih dulu memberi cinta itu, maka kita akan mendapatkannya,  seperti Hukum Aksi – reaksi.

Ukhuwah itu… bagaimana kita memberi, bukan bagaimana orang memberi kita. Ukhuwah itu…  bukan apa kesalahan saudara kita, tapi apa kesalahan kita pada saudara kita…

Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun berat dan berjihadlah kamu dengan harta dan jiwamu… (QS. At. Taubah: 40).

Subhanallah, Allah memerintahkan kita bahwa dalam kondisi semalas/seberat apapun, kita tetap harus berangkat. Karena di situlah kita akan menemukan
cinta yang membuat semuanya jadi terasa mudah. Cinta itu datang karena di keberangkatan kita itu, kita berjihad dengan harta dan jiwa kita . . .

Pertemuan itu diakhiri dengan membaca Doa Pengikat Hati sambil saling merangkul, salam hangat berbagi semangat, dan foto bersama…

Kalau tidak dengan dan karena cinta, apa bedanya kita dengan event organizer/ organisasi lain?

Ayo tetap semangat. Karena begitulah da’wah : jalannya panjang dan berliku, namun peminatnya sedikit. Tapi tenang saja karena ganjaranNya pasti tersedia.

Dan karena da’wah adalah cinta . . .